PANDU WIBOWO
Penelitian
Sosial Partai Politik
(Penelitian Sosial: Sistem Rekruitmen
dan Kaderisasi PKS “Partai Keadilan Sejahtera”)
Kelas: Ilmu Politik
NIM: 1111112000079
DOSEN: BURHANUDDIN MUHTADI, MA
Kata Pengantar
Bahan penulisan ilmiah ini sebagian besar di ambil dari sesi wawancara
dengan kader PKS, kemudian di tambah dengan referensi referensi lain dari buku
untuk menambah informasi dan kesempeurnaan hasil penelitian. Hasil penelitian
ini khusunya di berikan kepada dosen Partai Politik yaitu Burhanuddin Muhtadi,
MA untuk memenuhui tugas UTS (Ulangan Tengah Semester).
Judul dari penelitian ini adalah Sistem Rekruitmen dan Kaderisasi PKS
(Partai Keadilan Sejahtera). Penulis mencoba menyajikan hasil penelitian ini
kehadapan pembaca, dengan harapannya dapat memberikan wawasan tentang sistem
rekruitmen dan kaderisasi PKS. Semoga penelitian ini tidak hanya di baca oleh
dosen Partai Politik tapi juga bisa di baca oleh pembaca lainnya.
Harapan penulis,
semoga hasil penelitian ini dapat memuaskan dosen Partai Politik yaitu pak
Burhanuddin Muhtadi sehingga bisa memberi nilai yang pantas untuk hasil
penelitian ini. Sebagai karya, hasil penelitian ini sudah pasti memiliki
kekurangan. Untuk itu penulis sangat berharap pak dosen dan pembaca bsia
mengeritik tulisan penulis.
Keberhasilan pembuatan penelitian ini memang hasil jerih payah penulis
sendiri, tapi penulis sangat berterimakasih kepada orang orang yang terlah
membantu untuk mempermudah penelitian ini, yakni pak Burhanuddin Muhtadi, MA
selaku dosen Partai Politik yang senantiasa memberi masukan untuk kesempurnaan
penelitian mahasiswanya, kemudian penulis berterima kasih kepada narasumber
yaitu ustad Riki Aldian selaku kader inti PKS yang senantiasa di ganggu
waktunya untuk menjadi narasumber penulis, kemudian penulis berterimakasih
kepada teman teman kelompok yang meneliti Partai Keadilan Sejahtera, kita
bersama sama mencari narasumber dan melakukan wawancara bersama sama tetapi
berbeda tema. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk pembaca dan bermanfaat
walaupun memiliki manfaat yang sedikit.
BAB I
Pendahuluan
Berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan
partai lainnya baik partai yang berbasis ideologis maupun yang non ideologis.
Kelahiran partai keadilan berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang
membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka keran kebebasan
untuk berkspresi diantaranya mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan
partai adalah agenda yang hangat dibicarakan kalangan tarbiyah, sebagian mengatakan
perlu mendirikan partai politik dan sebagain menyatakan tidak perlu.
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa lepas dari peranan
Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Bisa kita amati dimana pada
pemilu 1999, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara 48 partai
politik peserta pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral
threshold, sehingga tidak bisa mengikut pemilu 2004 kecuali
berganti nama dan lambang.[1] Karena
kegagalan ini Partai Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS). Beberapa pengamat menilai bahwa salah satu faktor kekalahan
partai Islam pada pemilu 1999 adalah parpol Islam belum menampakan
inklusivitasnya.
Setelah melewati fase fase tersebut PKS semakin dikenal masyarakat luas.
Partai ini terus mendidik kader kadernya menjadi kader yang solid bagi
partainya. PKS sendiri meruapakan sebuah partai yang memiliki kader yang sangat
solid. Kader yang solid ini tidak lepas dari pemilihan dan seleksi ketat dalam
merekruit calon anggota. Sistem prekruitan yang ketat ini melalui sistem
management Tarbiyah dengan menerapkan kurikulum dan materi yang di buat oleh
orang orang Tarbiyah PKS. Tarbiyah PKS sendiri menyeleksi, meramu, dan kemudian
mengembangkan sendiri dengan bimbingan seorang murrabbi. Tarbiyah PKS juga mengadopsi pemikiran pemikiran tokoh
tokoh melalui referensi referensi yang dipakainya.[2]
Hasil dari prekruitan PKS ini akan bisa menghasilkan sebuah modul atau
kurikulum untuk di pelajari oleh kader.
Aspek utama dalam jaringan Tarbiyah PKS adalah Masjid Kampus. Masjid
kampus menjadi fokus kelembagaan jejaring sosial dan keagamaan jemaah Tarbiyah.
LMD (Lembaga Mujahid Kampus) dan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) sendiri dijadikan
wadah formal para aktivis dakwah melalui rekruitmen besar besaran pada
mahasiswa baru. Terakhir jejejaring sumber daya organisasi Tarbiyah memiliki
hubungan dengan KAMMI. Pembentukan KAMMI dalam perjuangan menuntut reformasi
menjadi tahap transformasi perjuangan jamaah Tarbiyah dalam menggunakan
institusi yang lebih formal dan transparan untuk memperjuangkan cita cita
sosial dan politiknya.[3]
Pengkaderan Tarbiyah di kampus kampus sangatlah penting karena selain
berdakwah di kampus juga mencari bakat bakat yang berintelektual untuk di
rekruit kedalam kader partai.[4]
Untuk memahami sistem pengkaderan PKS, kita perlu menelah sistem pengkaderan
Tarbiyah PKS di kampus kampus. Pelaksanaan pola Tarbiyah di kampus kampus
secara umum mengikuti tiga tahapan: ta’rif, takwin, dan tanfids.[5]
Sistem rekuitmen PKS dilalukan dengan dua cara rekuitmen fardi dan jama’i. Rekuitemen fardi sendiri dilakukan oleh anggota Tarbiyah
PKS terhadap beberapa orang. Dan rekuitmen jama’i yakni rekuitmen yang
dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau sering kita sebut
prekuitan langsung ke partai seperti partai partai lainnya. Tapi disisi lain PKS
melakukan rekrutmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang
non-tarbiyah, baik itu muslim dan non muslim.[6]
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dan tema sentral atau rumusan masalah di atas yang
membahas sistem rekruitmen dan kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Bagaimna sistem rekruitmen PKS (Partai Keadilan
Sejahtera), dan mengapa PKS yang berideologi Islam bertansformasi menjadi
partai terbuka kemudian membuka perekruitan orang orang non Muslim menjadi
anggota Partai?
2.
Bagaimana sistem kaderisasi PKS (Partai Keadilan
Sejahtera) dalam membina kader kadernya menjadi kader yang solid di partai?
3.
Bagaimana pelaksanaan Pola kaderisasi Tarbiyah
PKS (Partai Keadilan Sejahtera) khususnya di kampus kampus dan apa tahap tahap
dari kaderisasi Tarbiyah tersebut?
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
A. Maksud Penelitian
Penelitian ini bermaksud menganilisis secara terperinci cara perekruitan
dan sistem kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sehingga bisa melahirkan
kader kader yang solid bagi partainya. Untuk sistem rekruitmen, penilitian ini
ingin menyajikan cara perekruitan PKS baik itu dari orang Muslim dan non
Muslim. Kemudian peneilitian ini bermaksud memfoskuskan analisis ke arah
kaderisasi PKS mulai dari kaderisasi Tarbiyah sampai formal.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan maksud
tersebut ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Menegetahui serta memahami cara prekruitan PKS
(Partai Keadilan Sejahtera) mulai dari prekruitan orang Muslim sampai orang non
Muslim masuk kedalam partai
2.
Mengetahui serta memahami sistem kaderisasi PKS
(Partai Keadilan Sejahtera), khususnya kaderisasi Tarbiyah, underbrow, dan
formal partai.
3.
Mengetahui serta memahami pola pelaksanaan
kaderisasi Tarbiyah PKS di kampus kampus untuk melahirkan kader kader yang
solid bagi partai.
4.
Memperoleh analisis secara nyata dan
representatif tentang gambaran dan kekuatan PKS dalam membina kader kadernya
dan pandai dalam merekeruit kader partai, sehingga hasil penelitian ini dapat
di jadikan referensi referensi untuk penelitian penelitian selanjutnya.
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat berguna pada pengembangan ilmu dan aspek guna lakasana:
1. Pengembangan Ilmu:
a.
Memberikan sumbangan terhadap ilmu politik,
khususnya kajian perilaku politik dan untuk memperhatikan strategi partai
politik untuk mendapat dukungan dari masayarakat.
b.
Sebagai salah satu informasi bagi peneliti
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang politik
khususya tentan partai politik.
2. Aspek Guna Laksana:
a.
Bagi partai partai politik lain, penelitian ini
diharapkan dapat berguna dalam upaya peningkatan kualitas rekruitmen anggota
partai.
b.
Bagi pengurus partai politik, penelitian ini
bisa dijadikan tolak ukur untuk mendidik dan menjadikan kader suatu partai
menjadi solid.
1.4 Kerangka Pemikiran
Berkaitan dengan hal di atas, dalam memilih dan menetapkan fenomena yang
akan dijadikan variabel dalam penelitian ini berdasarkan pada kinerja partai
politik dalam membina kader partai dan pandai merekruit calon yang tepat untuk
menjadi pengurus di partai politik. Untuk lebih fokus ke dalam penelitian
tentang sistem rekruitmen dan kaderisasi partai (PKS) kita bisa menganilisnya
dengan Teori teori yang ada, yakni:
A. Teori Rekruitmen Politik
Teori Rekruitmen politik merupakan seleksi dan pemilihan atau seleksi
pengangkatan seseorang untuk melaksanakan sejumlah peranan sistem politik dan
sistem pemerintahan. Dalam rekruitmen politik, partai politik umumnya memiliki
cara sendiri sendiri dalam prekrutan calon anggota. Sedangkan menurut Drs. Fautisno
Cardoso Gomes (1995:105) menyatakan bahwa “rekruitmen merupakan proses mencari,
menemukan dan menarik para pelamar untuk di pekerjakan dalam suatu organisasi.”
Jika kita lihat definisi tersebut mungkin semua partai politik sangat serius
dalam merekrut calon anggota kedalam partai. Tapi masing masing partai politik
memiliki cara yang berbeda dalam masalah prekrutan calon. PKS (Partai keadilan
Sejahtera) sendiri melakukan rekruitmen politik dengan dua cara, yakni
rekruitmen fardi dan jama’i. Rekruitmen fardi adalah rekuitmen yang dilakukan
oleh anggota Tarbiyah terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi
atas inisiatif sendiri atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekuitmen ini
dilakukan dengan cara seseorang anggota Tarbiyah mencari calon peserta
Tarbiyah, dimana calon tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap,
antara lain: ta’aruf dan taqarrub. Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian
dilaporkan, dibicarakan, dan dianalisis dalam forum halaqoh berdasarkan standar
syarat syarat peserta Tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan
untuk mengikuti halakoh Tarbiyah[7].
Jika kita lihat seksama tentang perekrutan fardi ini terdapat beberapa makna
positive, salah satunya adalah suatu partai politik (PKS) bisa mendidik peserta
didiknya melalu tahap kadersiasi Tarbiyah setelah direkrut. Proses Tarbiyah
sendiri berjalan cukup lama dengan di beri bimbingan sekaligus pendidikan
kader. Setelah berhasil melewati fase pendidikan Tarbiyah PKS bisa mendapatkan
sebuah kader atau anggota yang loyal dan berkontribusi bagus sesuai kriteria
PKS sendiri.
Sementara Rekruitmen jama’i yakni rekruitmen yang dilakukan secara
kolektif dengan cara formal dan informal.[8]
Pola rekruitmen ini bisa dilakukan dengan rekruitmen tehadap anggota masyarakat
melalui kegiatan formal kepartaian untuk menjadi anggota dan simpatisan partai,
Rekruitmen melalui pendaftaran peserta, sampai kepada rekruitmen melalui
organisasi ekstrakulikuler di sekolah atau kampus. Dari perekruitan perekruitan
seperti ini akan melahirkan subuah kader yang sudah menjadi kriteria PKS sendiri.
B. Teori dan Konsep Kaderisai
Secara terminologis, definisi kaderisasi adalah pencetakan, sedangkan
definisi kader itu sendiri adalah orang orang yang dipercaya mampu melanjutkan
tugas tugas yang ada dalam suatu organisasi dengan kata lain, kaderisasi adalah
proses, cara, atau perbuatan dalam usaha mendidik manusia yang memiliki
kompetensi tinggi yang mapan untuk menjalan suatu amanah.
Jika di kaitkan konsep tersebut dengan kaderisasi yang di lakukan PKS
terhadap kader kadernya, PKS mampu mencetak kader kader yang loyal kepada PKS.
Pasalnya kader kader PKS sudah di didik oleh partai dengan kurikulum yang di
terbikan oleh PKS sendiri. Setelah menjadi kader inti di partai, kader kader
tersebut memegang amanah dari partai dan amanah tersebut tidak boleh diingkari.
Suatu kader bisa di keluarkan dari partai apabila suatu kader melanggar
peraturan, perjanjian, dan amanah yang sudah di berikan partai kepada kader
tersebut. Kader kader ini pun akan melanjutkan tujuan dan memegang tongkat
estafet untuk memperjuangkan perjuangan PKS di kanca perpolitikan Indonesia.
Teori Doktriner
Teori ini adalah peroses penanaman nilai nilai ideologi kepada para
anggota. Ideologi yang di maksud adalah seperangkat nilai nilai positive yang
di rumuskan secara kongkret dan sistematis dalam bentuk program program
kegiatan yang pelaksanaannya di awasi ketat oleh pengawas. Dalam proses
kaderisasi yang di lakukan oleh PKS, PKS sangat mendidik para kader kadernya
untuk mengerti ideologi yang ada di dalam PKS sendiri. PKS membuat kurikulum
sendiri untuk dijadikan referensi peserta didiknya di Tarbiyah. PKS juga
mengawasi ketat kader kadernya agar tidak menyimpang dari ajaran PKS. Doktrin
doktrin ini di asumsi oleh kader PKS kemudian di implementasikan di program
kerja partai.
Jika kita lihat gerakan politik PKS sangatlah bagus, PKS memiliki cara
yang khas dalam perekruitan dan kaderisasi. Pendukung PKS di seluruh Indonesia
mencapai 800.00 orang dengan komposisi 70% kader, dan 30% kader inti.[9]
Jika kita lihat PKS adalah suatu partai yang tidak pernah memakai money
politics. Kemudian angka korupsi PKS pun kecil jika di bandingkan partai partai
nasionalis. PKS pun adalah partai yang sering melaporkan audit keuangan anggota
dan partai kepada KPK.[10]
Ini semua tidak lepas dari doktrin dokrtin dan ajaran yang diberikan PKS kepada
kader kadernya agar menjadi kader yang solid, loyal, dapat dipercaya, dan tidak
membuat nama partai buruk. Dengan memiliki kader yang solid, masyarakat akan
meilihat sendiri kader partai mana yang bagus dan dapat dipercaya. Jika kader
PKS mendapat simpati dari masayarakat dan masayarakat pun berkata bagus atas
eksitensi kader di lingkungan dan pemerintahan, bukan tidak mungkin PKS akan
mendapat dukungan dari masayarakat banyak untuk pemilu.
Pembahasan
BAB II
Sistem Rekruitmen PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
Sistem rekuitmen PKS dilalukan dengan dua cara rekuitmen fardi dan jama’i. Rekuitemen fardi sendiri dilakukan oleh anggota Tarbiyah
PKS terhadap beberapa orang. Dan rekuitmen jama’i yakni rekuitmen yang
dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau sering kita sebut perekuitan
langsung ke partai seperti partai partai lainnya.[11]
Dari kedua cara rekuitmen ini, bisa di simpulkan bahwa PKS adalah partai
terbuka. Terbukti PKS tidak merekruit anggota tidak hanya dari sistem fardi
tapi lewat sistem jama’i.
A. Rekuitemen Fardi
Rekuitmen fardi adalah rekuitmen yang dilakukan oleh anggota Tarbiyah
terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi atas inisiatif sendiri
atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekuitemen ini dilakukan dengan cara
seseorang anggota Tarbiyah mencari calon peserta Tarbiyah, dimana calon
tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap, antara lain: ta’aruf
(pengenalan dan pendekatan), ikhtiar (upaya mempengaruhi si calon), dan
taqarrub (mendekatkan atau menghubungkan si calon dengan komunitas Tarbiyah).
Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian dilaporkan, dibicarakan, dan
dianalisis dalam forum halaqoh berdasarkan standar syarat syarat peserta
Tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan untuk mengikuti halakoh
Tarbiyah.[12]
B. Rekruitmen Jama’i
Rekruitmen jama’i yakni rekruitmen yang dilakukan secara kolektif dengan
cara formal dan informal. Rekruitmen jenis ini memiliki beberapa pola:
1.
Rekruitmen kepartaian, yakni rekruitmen tehadap
anggota masyarakat melalui kegiatan formal kepartaian untuk menjadi anggota dan
simpatisan partai. Kegiatan ini dilakukan melalui, pertama, Training Orientasi
1 (TOP 1). Dari TOP 1 akan dihasilkan beberapa tingkatan calon kader, antara
lain: yang memiliki kualifikasi tertinggi akan menjadi anggota pemula terbina.
Kelompok inilah yang akan dibina dengan intensif di “kawah candradimuka” yang
disebut halaqoh tarbiyah, seperti yang di tempuh di LDK. Kualifikasi kedua akan
menjadi calon anggota pemula terdaftar yang hanya boleh mengikuti Ta’lim Rutin
Partai (TRP). Sedangkan kualifikasi terendah akan menjadi calon anggota partai
yang hanya menerima KTA, yang berfungsi menambah dukungan dan suara bagi
partai. Kedua, Training Orientasi Partai II (TOP II). TOP II berfungsi
meningkatkan peserta TRP dan yang menerima KTA untuk bisa menjadi Anggota
Pemula Terbina atau halaqoh Tarbiyah level pemula.
2.
Rekruitmen melalui pendaftaran peserta.
Pendaftaran peserta ini bisa dilakukan di sekretariat tingkat pusat, wilayah,
daerah, cabang, hingga DPRa, di rumah rumah kader PKS atau melalui wwebsite.
Para peserta yang mendaftar juga akan di training melalui TOP 1, TOP 2, dan
diupayakan bisa mengikuti Tarbiyah anggota level pemula.
3.
Rekruitmen melalui Lembaga Dakwah Sekolah dan
Lembaga Dakwah Kampus. Hasil dari rekruitmen ini juga diarahkan untuk mengikuti
Tarbiyah anggota pemula.
4.
Rekruitmen juga bisa dilakukan melalui berbagai
kegiatan yang lain, seperti majelis ta’lim, studi intensif, kegiatan Ramdhan,
pelatihan, baksos, santunan, dan kegiatan keegiatan yang lain. semua jenis
rekruitmen ini berorientasi menjadi pintu masuk bagi calon kader untuk menjadi
peserta Tarbiyah level pemula.[13]
Dalam merekrut calon PKS tidak mau main main, PKS bisa merekruit
sekaligus menyeleksi mana yang pantas memegang dakwah PKS di parlemen dan
lingkungan. Islam telah menjadikan sebagai tugas muslim untuk membentuk masyarakat
yang sehat, yang bersih dari korupsi dan perbuatan tercela dan untuk
berkelakuan baik dan menghidarkan kezaliman.[14]
Tapi disisi lain PKS melakukan rekruitmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang
non-tarbiyah. Bahkan pada pemilu 2004, partai PKS
menjaring lebih dari 30 calon legislatif non muslim.[15]
Disamping itu, PKS juga merekrut orang-orang non muslim sebagai anggotanya. Hal
ini terlihat dari di sahkanya DPD Partai Keadilan Piniai pada tanggal 5 Juni
2002, yang mayoritas pengurusnya beragam kristen.[16] Para
pimpinan PKS juga memberikan kesempatan kepada tokoh agama hindu untuk menjadi
anggota legislatif. PKS yang bertransformasi menjadi partai terbuka memang
mengagetkan semua pihak, pasalnya PKS sangat menjunjung tinggi nilai nilai
Islam. Tapi menurut pandangan PKS sendiri tidak menjadi masalah menjaring
anggota non Muslim, karena inilah dakwah di negeri plurarisme yang sebenarnya.
PKS sendiri menjaring non Muslim masuk kedalam partai bukan melalui kaderisasi
Tarbiyahnya melainkan melalui anggota kehormatan.[17]
Penjaringan non Muslim kedalam partai merupakan strategi PKS untuk menaikan
pamor PKS yang terbuka terhadap plurarisme, sehingga PKS bisa mendapat masa
banyak dalam pemilu. PKS memang partai kader tapi PKS sendiri menginginkan masa
yang banyak. Karena dengan memiliki kader yang solid dan ditambah pula masa
yang banyak, PKS akan mudah memenangkan pemilu di Indonesia.
BAB III
Pengkaderan PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
Sebagai Partai Kader PKS memiliki sistem kaderisasi kepartaian yang
sistematis dan metodik. Kaderisasi ini memiliki fungsi rekruitmen calon anggota
dan fungsi pembinaan untuk seluruh anggota, kader dan fungsionalis partai.[18]
Kaderisasi PKS sendiri memiliki sebuah fungsi yang sangat banyak untuk partai.
Fungsi fungsi ini dijalankan secara terbuka melalui infra struktur kelembagaan
partai yang tersebar dari tingkat pusat hingga tingkat ranting, fungsionalis
berjalan sepanjang waktu selaras dengan tujuan dan sasaran umum partai, khususnya
dalam bidang penyiapan sumber daya manusia.[19]
Langkah awal bagi pembinaan pribadi lalu lanjut pembinaan keluarga,
masyarakat dan lingkungan diawali dari pembinaan kader PKS itu sendiri. PKS
memandang bahwa proses dakwah parlemen hanya bisa dilakukan dengan pribadi
pribadi yang shaleh. Jika jiwa pribadi bersih otomatis dakwah akan berjalan
dengan lancar.[20]
Membentuk jiwa yang bersih menjadi sebuah kunci untuk membentuk keluarga yang
shaleh. Setelah itu keluarga keluarga itulah yang akan membentuk masyarakat
yang islami.[21]
Individu merupakan alat masayarakat dan negara yang terpenting dalam
melaksanakan tugas sosial politik demi membangun cara untuk berhasil di dakwah
parlemen.
Secara umum, pengkaderan di kalangan PKS terdiri dari tiga jenis, yakni
Tarbiyah, pengkaderan underbrow PKS, dan yang terakhir adalah pengkaderan
formal kepartaian PKS sendiri.[22]
Tiga jenis pengkaderan ini merupakan kesatuan yang saling menopang dan bahkan
sering sekali bertemu dalam satu bentuk dan satu iven yang sama sehingga tiga lapis
pengkaderan ini acap kali terlihat tumpang tindih.
Pengkaderan Tarbiyah merupakan pembinaan suatu kelompok kecil (Halaqoh)
berkisar 5-10 orang di bawah bimbingan murabbi. Kegiatan seperti ini pada
awalnya dilakuakan di kampus kampus, tapi seiring berkembangnya dakwah ke
masayarakat, akhirnya pembinaan Tarbiyah ini dilakukan dikalangan masayarakat
umum.
Organisasi underbrow PKS mengembangkan pola pengakaderan sendiri sendiri.
Organisasi organisasi underbrow PKS seperti Garda Keadilan, Serikat Pekerja Keadilan
(SPK), Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (KAPMI) adalah organisasi
yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. Selain kelompok kelompok yang
secara formal bukan underbrow PKS namu berafiliasi secara ideologis ke partai
ini, seperti ROHIS dan LDK juga mengembangkan pola pengkaderan yang khas.
Contoh seperti ROHIS dikenal sebagai pengkaderan yang dinamai Latihan Dasar
Kepemimpinan, sementara di LDK ada pembinaan bernama Kajian Rutin.[23]
Organisasi atau kelompok ini sangat solid, dan memiliki daya juang yang tinggi
untuk berdakawah di lingkungan. Mereka pun sering melakukan gerakan gerakan
bantuan jika ada musibah yang menimpa daerah daerah di Indonesia.
Sedangkan pengkaderan formal partai dilakukan secara resmi oleh
kepengurusan dari Dewan Kepengurusan Ranting (DPRa) hingga Dewan Pengurus Pusat
(DPP).[24]
Ada tujuh jenjang dalam pengkaderan formal ini yakni, TOP 1 (Training Orientasi
Partai Satu), TOP 2; TDI (Traning Dasar Satu). TD 2 ; TL 1 (Training Lanjutan
Satu), TL 2, dan training management dab kepemimpinan sosial (TMKS).
Pengkaderan formal ini merupakan sarana pemibinaan kader sekaligus penjenjangan
bagi mereka yang akan berimplikasi pada distribusi peran dan posisi struktural
di PKS.[25]
Ditengah ketiga jenis pengkaderan PKS ini, sistem pengkaderan PKS yang
paling terkenal adalah pengkaderan Tarbiyah yang sekarang lebih dikenal dengan
kegiatan Liqo (Pertemuan) dan mentoring yang menjadi posisi kunci bagi
pengkaderan PKS. Masing masing sitem pengkaderan PKS tetap menjadikan
pengkaderan PKS menjadi penngkaderan utama.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab bab terdahulu, sistem pendidikan
Tarbiyah di kampus kampus yang dilakukan oleh PKS ini dilestarikan, diatur,
diformalkan, dan distandarkan. Untuk itu DPP PKS telah memproduksi modul
panduan yang menjadi acuan resmi pengkaderan di partai ini. Pada tahun 2003,
PKS menerbitkan sebuah modul berjudul “Management Tarbiyah Anggota Pemula”.
Kemudian pada tahun 2005 terbit modul yang lebih lengkap yang tidak saja
diperuntuhkan bagi anggota madya, dan anggota dewasa. Modul tersebut berjudul
Manhaj Tarbiyah PK Sejahtera.[26]
Modul yang dipakai PKS ini mencoba memperkenalkan ideologi dan pemikiran
anggota PKS dalam proses dakwahnya. Tapi jika kita lihat makna dari isi modul
tersebut mengandung makna positive. Pasalnya modul yang diterapkan PKS berbeda
dengan modul modul partai lain. Isi dari modul tersebut memang memperkenalkan
cara berfikir PKS, tapi disisi lain modul tersebut mengajarkan kepada peserta
didik untuk mengerti bagaimana cara berdakwah politik di parlemen, sistem
organisasi partai Islam (PKS) dan tentunya memperluas wawasan keislaman.
Dari ketiga cara pengkaderan yang dilakukan PKS mulai dari pengkaderan
Tarbiyah, pengkaderan underbrow, dan
pengkaderan formal partai. Mungkin penelitian ini akan lebih fokus melihat serta
menganalisis tentang pengkaderan Tarbiyah PKS yang menjadi pengkaderan utama
dalam PKS. Dari pengkaderan Tarbiyah tersebut akan menghasilkan kader kader
yang bagus untuk masuk kedalam poisis strategis di partai.
BAB IV
Pengkaderan Bebasis Tarbiyah
Sistem pengkaderan Tarbiyah PKS adalah sistem pengkaderan utama di
partai. Sistem ini nampaknya merupakan adopsi pengkaderan Tarbiyah Ikhwatul
Muslimin. Hal ini meliputi landasan filosofis, ideologis, dan mab’da (prinsip)
keagamaan, tujuan dan target pendidikan, manhaj (metode) dan tahap pentahapan,
saran sarana pendidikan yang dipakai. Tarbiyah PKS hanya melakukan adaptasi
terbatas terkait dengan materi pendidikan serta menghilangkan sarana pendidikan
yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia.[27]
Landasan mab’da Tarbiyah PKS bersumber dari prinsip prinsip Ikhwatul
Muslimin. Prinsip prinsip Islam ini tidak mengalami penambahan dan pengurangan
sedikitpun. Islam yang lurus ini tercermin dalam dua puluh prinsip Islam yang
dirumuskan oleh Imam Hasan Al Bana. Konsep Islam Khaffah yang menjadi ideologi
utama serta corak pemahaman Islam Tarbiyah PKS bersumber dari prinsip prinsip
tersebut. Target dan tujuan pendidikan di Tarbiyah PKS mengdopsi penuh dari
rumusan IM. Dalam modul management Tarbiyah diharapkan menghasilkan kriteria
yang diharapkan oleh PKS.[28]
Mengenai manhaj dan pemantapan, PKS mengdopsi pendekatan tadarruj
(gradual) yang diterjemahkan dalam pentahapan yang dirumuskan Ikhwatul
Muslimin, yakni:
a.
Ta’rif (pengkokohan)
b.
Tanfidz (pelaksanaan)
c.
Tamkin (pengokohan)
Sementara
mengenai sarana pendidikan Tarbiyah PKS melakukan adaptasi dengan memakai
sarana usroh atau sering kita sebut halaqoh, dauroh (ceramah), tausiah (ceramah
singkat), seminar, bedah buku, mukhayam (kemah), mabit (bermalam), rihlah
(berwisata), baca buku, taklim rutin PKS, bakti sosial, tarhib (ibadah khusus)
Ramadhan, kajian fiqih dan belajar taksin.[29]
Kegiatan kegitaan yang dilakukan PKS tersebut bisa disimpulkan bahwa
kegiatan kegiatan seperti ini jarang dilakukan oleh partai partai lain. Dengan
melakukan kegiatan kumpul bersama seperti itu otomatis akan menguatkan tali
silahturahmi sesama kader PKS. Dari penguatan silahturahmi ini akan
menghasilkan kader kader yang solid, serta dengan kegiatan yang menarik seperti
ini PKS akan mudah mendapatkan simpatisan untuk masuk kedalam kader.
Pengkaderan Tarbiyah Kampus
Aspek utama dalam jaringan Tarbiyah PKS adalah Masjid Kampus. Masjid
kampus menjadi fokus kelembagaan jejaring sosial dan keagamaan jemaah Tarbiyah.
Tumbuhnya minat dalam mempelajari agama dan meperaktikannya bisa Di fasilitasi
melalui masjid kampus. LMD (Lembaga Mujahid Kampus) sejak tahun 1974
menyelenggarakan praktik praktik reguler. LMD juga mempengaruhi perkembangan
jejaring Tarbiyah.[30]
Setelah LMD kegairahan dalam berislam di kalangan mahasiswa semakin
berkembang pesat setelah LDK (Lembaga Dakwah Kampus) secara formal bermunculan dikampus kampus.
LDK mendapat dana dari universitas. LDK sendiri dijadikan wadah formal para
aktivis dakwah melalui rekruitmen besar besaran pada mahasiswa baru. Terakhir
jejejaring sumber daya organisasi Tarbiyah memiliki hubungan dengan KAMMI.
Pembentukan KAMMI dalam perjuangan menuntut reformasi menjadi tahap
transformasi perjuangan jamaah Tarbiyah dalam menggunakan institusi yang lebih
formal dan transparan untuk memperjuangkan cita cita sosial dan politiknya.[31]
Pengkaderan Tarbiyah di kampus kampus sangatlah penting karena selain
berdakwah di kampus juga mencari bakat bakat yang berintelektual untuk di
rekruit kedalam kader partai.[32]
Untuk memahami sistem pengkaderan PKS, kita perlu menelah sistem pengkaderan
Tarbiyah PKS di kampus kampus. Pelaksanaan pola Tarbiyah di kampus kampus
secara umum mengikuti tiga tahapan: ta’rif, takwin, dan tanfids.[33]
Ta’rif adalah fase pengenalan Islam kepada objek dakwah melalui berbagai
sarana, baik melalui pendekatan personal maupun pendekatan masal.[34]
Dalam dakwah kampus, tahap ini diimplementasikan dalam bentuk pendekatan personal
(dakwah fardiyah) di mana seorang aktivis dakwah kampus secara khusus dan
intensif melakukan pendekatan dan interaksi personal dengan calon objek dakwah.
[35]
Selain itu bentuk kedua dari ta’rif adalah daurah (training) dalam rangka
rekruitmen yang diikuti sejumlah mahasiswa, biasanya dilakukan pada hari hari
libur.[36]
Dalam acara yang berlangsung selama 1 hingga 2 hari, peserta training
diperkenalkan dasar akidah Islamiyah. Kemudian betuk ke 3 adalah marhalah
ta’rif yaitu penerbitan berbagai media informasi yang dikelola di kalangan
tarbiyah, seperti mading, Rohis, buletin Rohis hingga penyebaran majalah Islam.
Bentuk ke empat dari ta’rif adalah program mentoring mahasiswa terhadap peserta
baru oleh ADK (Aktivis Dakwah kampus).[37]
Jika dilihat dari fakta lapangan, biasanya peserta yang telah mengikuti
tahap ta’rif ini menerima makna positive dan cendrung berubah menjadi lebih
islami. Perubahan perubahan tersebut antara lain seperti, penggunaan jilbab,
memanjangkan jenggot, dan pembiasaan mengunakan idiom bahasa Arab. Para peserta
didik ini memiliki solidaritas yang tinggi jika ada salah satu peserta yang
terkena musibah langsung di bantu satu sama lain.[38]
Sementara itu, tahap takwin (pengkaderan) dimulai ketika objek dakwah
yang terekrut dalam ta’rif dinilai serius dan berpotensi menjadi Aktivis Dakwah
Kampus. Pembinaan pada tahap ini dilakukan dalam halaqoh Tarbiyah, yaitu
kelompok kecil yang berisikan 5 sampai 10 orang yang dibimbing oleh murabbi
(pembimbing). Proses pembinaan berjalan intensif dalam pertemuan (liqa) yang
dilaksanakan sepekan sekali.[39]
Dalam liqa tersebut peserta Tarbiyah
diberikan kurikulum yang diterbitkan oleh PKS. Kurikulum ini bakukan PKS untuk
dijadikan modul management Tarbiyah.[40]
Didalam modul Tarbiyah tersebut menyajikan satu di antara sekian materi
materi halaqoh. Harapan dari modul tersebut untuk mempermudah para murabbi dan
para aktivis Tarbiyah dalam melakukan aktivitasnya. Modul tersebut juga
berharap mampu menjembatani kelangkaan bahan kajian aktivis Tarbiyah.[41]
Setelah melewati fase tahapan ta’rif dan ta’win masuk ketahapan ke tiga
yaitu tanfidz. Tahap tanfidz adalah tahapan realisasi kerja kerja dakwah. Para
aktivis yang sudah mengikuti tahap takwin atau yang dinilai sudah siap,
diarahkan menjadi pekerja pekerja dakwah kampus yang sering disebut Aktivis
Dakwah Kampus. Merekalah yang mulai mendapatkanamanah untuk memimpin
kepengurusan di berbagai lembag di lingkungan kampus, mengorganisir berbagai
lembaga di lingkungan kampus,mengorganisir berbagai kegiatan reguler dan
insidental serta difungsikan sebagai murabbi di kampus. Pada tahap ini,
pengendalian kerja dakwah bukan lagi dilakukan oleh halaqoh, tetapi di struktur
dakwah yang ada di setiap kampus atau fakultas.[42]
Pembinaan kader Tarbiyah dikampus dilakukan selama masa kalender
akademik. Para Aktivis yang sudah di anggap mampu untuk merekrut anggota
anggota baru, dan yang merekruit itu menjadi murabbi untuk peserta barunya.
Rekruitmen Tarbiyah dikampus ini dilakukan setiap semester baru atau ketika
penerimaan mahasiswa baru .[43]
Rekruitmen yang dilakukan seperti mengandung makna positive sekali bagi halaqoh
Tarbiyah. Selain bisa menyebarkan dakwah kampus ke pemuda pemuda, pola Tarbiyah
kampus ini bisa menyebar keseluruh universitas di Indonesia.
Proses pengkaderan Tarbiyah bisa dikatakan sukses. Setelah seukses
dikembangkan menjadi sistem pengkaderan di pengkaderan resmi Partai Keadilan
Sejahtera. Manhaj dakwah PKS tidak berbeda denaagn yang berlaku di Tarbiyah ,
manhaj ini kemudian di letakan sebagai tahap awal pengkaderan, yakni anggota
pemula.[44]
Pada perkembangannya, PKS kemudian mengembangkan manhaj Tarbiyah lanjutan yang
diperuntukan bagi anggota muda, madya, dan dewasa yang diselaraskan dengan
jenjang pengkaderan dan pembinaan kader partai, pelatihan kepartaian, training
dasar, training lanjutan, dan kegitan lainnya.[45]
Sistem pengkaderan Tarbiyah PKS yang lebih holistik menjadikan seorang
da’i yang produktif dan mampu menanggung beban dakwah. Sedangkan misi yang di
patok PKS dalam manhaj Tarbiyah:
a.
Menyiapkan seprang Dai yang memiliki pengetahuan
keIslaman.
b.
Menyiapkan seorang Dai dalam mengembangkan bakat
bakat pribadi demi kamandirian.
c.
Menyiapkan Dai yang memiliki berbagai
keterampilan belajar maupun keterampilan hidup.
d.
Menyiapkan seroang Dai yang memiliki Ilmu
pengetahuan kontemporer sehingga mampu
beradaptasi dengan perkembangan metode dan kehidupan di masayarakat.
e.
Menyiapkan seorang Dai untuk berdakwah secaar
profesional dengan mengenal lingkungan sosial masayarakat terutama lingkungan
sosialnya.
f.
Menyiapkan seorang Dai yang berkemampuan membangun
masayarakat madani.[46]
Program kerja PKS dengan menerapkan management Tarbiyahnya bisa dikatakan
berhasil. Pasalnya peserta didik Tarbiyah di didik dari kecil sampai ketingkat
dewasa, dan dari orang yang biasa biasa saja menjadi orang yang luar biasa untuk
berdakwah, baik itu berdakwah di parlemen maupun berdakwah di masayarakat.
Kunci dari keberhasilan PKS mendapatkan atau melahirkan kader kader yang solid
berasal dari jejering Tarbiyah ini. Selain itu lulusan dari pengkaderan
Tarbiyah ini bisa dipromosikan atau menduduki kursi penting di partai dengan
melewati tahapan tahapan terlebih dahulu.
Misi Tarbiyah PKS ini nampaknya berhasil, pasalnya banyak Dai Dai yang
memiliki kemampuan yang hebat di lingkungan bangkan dalam ruang lingkup
nasional. Setelah menerima pembelajaran awal dari Tarbiyah seseorang secara
mengejutkan menjadi Dai yang disipakan untuk berdakwah di lingkungan. Ini
menandakan pola pengkaderan Tarbiyah yang dilakuakan PKS terhadap peserta
Tarbiyah sangat berguna untuk masayarakat dan PKS sendiri.
Disini mungkin bisa kita lihat secara jelas bahwa kaderisasi PKS sangat
unik dan beda dengan partai partai lain. PKS mampu melahirkan pendukung dan
kader yang solid karena sudah di didik dengan managemen Tarbiyahnya. Bisa kita
analisis bahwa walaupun PKS dalam kondisi apapun mereka tetap memiliki
pendukung yang setia dan terus menurus mendukung dakwah PKS.
BAB V
Pengakaderan Formal PKS
Kaderisasi formal PKS dilakuakn dengan tujuh jenjang. Tujung jenjang
tersebut antara lain:
a.
Training Orientasi Partai 1 (TOP 1). TOP 1 ini
yakni rekruitmen Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang dilakukan satu sampai akhir
pekan. Pada training ini peserta Tarbiyah diperkenalkan pemahaman dasar tentang
eksitensi dan struktur pengenalan PKS.
b.
Training Orientasi Partai 2 (TOP 2). TOP 2
dilakuakan dengan halaqoh yang dipimpin oleh
murabbi dan setelah lulus menyandang Anggota Pemula Terbina.
c.
Training Dasar 1 (TD 1). TD 1 diikuti oleh
peserta yang sudah lulus dalam jenjang pertama. Tahap ini di peruntuhkan kepada
angggota muda (Muayid). Dalam tahap ini kurikulum akan fokus pada pendalaman
nilai nilai keagamaan.
d.
Training Dasar 2 (TD 2). TD 2 ini adalah
lanjutan dari Tarbiyah anggota muda. Pada level ini, manhaj Tarbiyah yang
digunakan adalah manhaj Tarbiyah anggota madya. Lulusan level ini menyandang
prdeikat Anggota Madya.
e.
Training Lanjutan 1 (TL 1). TL 1 adalah jenjang akhir manhaj Tarbiyah
PKS, yakni manhaj Tarbiyah anggota dewasa. Materi yang diperuntuhkan adalah
dasar dasar keIslaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran Islam, wawasan
masayarakat.
f.
Training Lanjutan 2 (TL 2). TL 2 ini tetap harus
mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan oleh PKS. Setelah lulus dari TL 2 ini
kemungkinan para peserta didik dinominasikan untuk jabatan jabatan didalam
partai.
g.
Training Management dan Kepemimpinan. Di
training ini peseta benar benar di didik dan persiapkan untuk anggota inti di
PKS. Lulusan dari Training ini adalah mencapai predikat Anggota Purna yang
merupakan anggota tertinggi di dalam perjenjangan PKS.[47]
Selain tahap
tahap pengkaderan (Training) di atas ada beberapa anggota yang tidak melewati
fase tahapan seperti ini. Anggota yang tidak melewari Training training
tersebut di anggap anggota kehormatan. Anggota yang diangkat berdasarkan
kriteria kriteria tertentu, misalkan ketokohannya yang sudah dikenal
masyarakat, atau karena keahliannya dalam bidang tertentu. Tapi anggita
kehormatan ini tetap harus mengikuti orientasi partai yang disebut Orientasi
Partai dan Tokoh (OPT).[48]
BAB IV
Kesimpulan
PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
merupakan partai yang berideologi Islam di Indonesia. Walaupun partai ini
berideologi Islam, tapi partai ini mampu bertransformasi menjadi partai
terbuka. Dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa orang non Muslim bisa masuk
menjadi anggota partai.
Sistem rekruitmen yang
bagus dan di dukung dengan sistem kaderisasi yang solid mampu melahirkan kader
kader yang sangat berperan penting di PKS. Para peserta awal yang telah di
rekruit oleh PKS kemudian di didik dengan kurikulum yang telah di buat oleh PKS.
Di dalam pola kaderisasi PKS mengajarkan kepada pendidik untuk mengenal PKS
secara dalam serta memahami Islam dan politik dan memperdalam ilmu agama.
PKS sendiri selain
merekruit masyarakat, PKS juga merekruit mahasiswa/ pelajar untuk masuk kedalam
kader. Di kampus contohnya PKS memiliki kaderisasi Tarbiyah yang menjadi wadah
pendidikan Tarbiyah di kampus kampus. Para pelajar yang masuk kedalam LDK akan
di perkenalkan lebih jauh tentang PKS sendiri.
Setelah menjadi anggota
partai inti, anggota partai sudah siap utuk melanjutkan tongkat estafet
perjuangan PKS di kanca perpolitiakan Indonenesia. PKS telah berhasil
melahirkan kader kader yang berkualitas serta loyal untuk membangun partainya.
Ini semua tidak lepas karena program pola kaderisasi Tarbiyah yang sangat bagus
untuk partai.
Daftar Pustaka
http. www. Keadilan. or. id
M. Rahmat, Imadudun, Ideologi
Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008.
Muhammaad, Furqon Aay, Partai
Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Kontemporer,
Jakarta: Teraju, 2004
Muhtadi, Burhanuddin, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta: KPG
“Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012.
Setiawan,
Bambang dan Bestian Nainggolan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi Dan Progaram 2004-2009,
Jakarta: Kompas, 2004.
Takariawan, Cahyadi,
Bukan Di Negeri Dongeng
Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, Jakarta: Syaamil,2003
Vaezi, Ahmad, Agama dan Politik:
Nalar Politik Islam, Jakarta: Citra, 2006.
Wawancara dengan Riki Aldian (Kader
PKS) pada tanggal 17 oktober 2012-11-07.
Yasmin, Ummu, Agenda Materi Tarbiyah, Panduan Kurikulum Da’i dan Murabbi,
Solo: Media Insani Press, 2009.
Referensi
[1] Bambang
Setiawan dan Bestian Nainggolan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi Dan Progaram 2004-2009
(Jakarta: Kompas, 2004), h. 230.
[2] M.
Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS
Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara
Yogyakarta, 2008), h. 237.
[3]
Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara
dan Syariah, (Jakarta: KPG “Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012), h. 121.
[4] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[5] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid
Kampus ke Gedung Parlemen, h. 244.
[6] Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
[7] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 278.
[8] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[9] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid
Kampus ke Gedung Parlemen
[10] http.
www. KPK. or. id. Laporan-audit-kekayaan-anggota-partai-politik
[11] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[12]
Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS
Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 278.
[13] Ibid, h. 279.
[14] Ahmad
Vaezi, Agama dan Politik: Nalar Politik
Islam, (Jakarta: Citra, 2006), h. 46.
[15] Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
[16] Cahyadi Takariawan, Bukan
Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, (Jakarta:
Syaamil,2003), h 124-126
[17] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[18] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[19] Aay
Muhammaad Furqon, Partai Keadilan
Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Kontemporer,
(Jakarta: Teraju, 2004), h. 209.
[20] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[21] Furqon,
Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan
Praksis Politik Kaum Muda Muslimi, h. 210.
[22]
Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[23]
Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS
Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 239.
[24]
Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[25] Ibid,
h. 239.
[26]
Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS
Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 240.
[27] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[28] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid
Kampus ke Gedung Parlemen, h. 242.
[29] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[30]
Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara
dan Syariah, (Jakarta: KPG “Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012), h. 121.
[31] Ibid,
h. 122-123.
[32] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[33]
Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS
Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 244.
[34] http.
www. Keadilan. or. id
[35] Ibid
[36]
Wawancara dengan Riki Aldian (Kader PKS) pada tanggal 17 Oktober 2012.
[37] Ibid
[38] Ibid
[39] Ibid
[40] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[41] Ummu
Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, Panduan
Kurikulum Da’i dan Murabbi, (Solo: Media Insani Press, 2009), h. 4.
[42] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid
Kampus ke Gedung Parlemen, h. 272.
[43] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[44] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[45] Imadudun
Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 273.
[46] Ibid
[47] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[48] Wawancara
dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
InsyaAllah penelitian ini bermanfaat bagi partai yang terkait dan pembaca.
BalasHapusbukankah tidak sebaiknya dipublish di ranah umum? ada persetujuan ga dengan institusi yang dijadikan studi kasus bahwa skripsi anda akan dipublish begini?
BalasHapus/* saya bukan anggota, simpatisan, maupun kader partai */
BalasHapusSecara alur pemaparan, ada bagian yang menurut saya kurang, yaitu batasan masalah. Hilangnya batasan masalah ini berpotensi menimbulkan fitnah terhadap kegiatan mentoring yang lazim diselenggarakan di banyak perguruan tinggi. Boleh jadi muncul persepsi, mau dimanapun kampusnya, yang dijelaskan di karya ilmiah ini pasti terjadi, padahal tidak bisa digeneralisasi seperti ini.
Sebagai contoh di kampus saya, kegiatan mentoring yang diselenggarakan dilarang membawa atribut partai maupun disusupi agenda rekruitasi partai apapun.
Kemudian, pemilihan responden pun tidak dijelaskan bagaimana latar belakang lainnya selain status kader dan kader inti. Apakah responden berasal dari perguruan tinggi yang berbeda sehingga dapat diklaim mewakili seluruh perguruan tinggi di Indonesia?
Tidak bermaksud menjatuhkan, sekedar menyampaikan saran agar penelitian sebagus ini tidak memancing kesalahpahaman.
Terima kasih ^_^
Karya Yang bagus..:)
BalasHapus