Selasa, 15 Januari 2013

Sistem Rekruitmen dan Kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera)


PANDU WIBOWO
Penelitian Sosial Partai Politik
(Penelitian Sosial: Sistem Rekruitmen dan Kaderisasi PKS “Partai Keadilan Sejahtera”)

Kelas: Ilmu Politik
NIM: 1111112000079
DOSEN: BURHANUDDIN MUHTADI, MA


Kata Pengantar
Bahan penulisan ilmiah ini sebagian besar di ambil dari sesi wawancara dengan kader PKS, kemudian di tambah dengan referensi referensi lain dari buku untuk menambah informasi dan kesempeurnaan hasil penelitian. Hasil penelitian ini khusunya di berikan kepada dosen Partai Politik yaitu Burhanuddin Muhtadi, MA untuk memenuhui tugas UTS (Ulangan Tengah Semester).
Judul dari penelitian ini adalah Sistem Rekruitmen dan Kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Penulis mencoba menyajikan hasil penelitian ini kehadapan pembaca, dengan harapannya dapat memberikan wawasan tentang sistem rekruitmen dan kaderisasi PKS. Semoga penelitian ini tidak hanya di baca oleh dosen Partai Politik tapi juga bisa di baca oleh pembaca lainnya.
Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat memuaskan dosen Partai Politik yaitu pak Burhanuddin Muhtadi sehingga bisa memberi nilai yang pantas untuk hasil penelitian ini. Sebagai karya, hasil penelitian ini sudah pasti memiliki kekurangan. Untuk itu penulis sangat berharap pak dosen dan pembaca bsia mengeritik tulisan penulis.
Keberhasilan pembuatan penelitian ini memang hasil jerih payah penulis sendiri, tapi penulis sangat berterimakasih kepada orang orang yang terlah membantu untuk mempermudah penelitian ini, yakni pak Burhanuddin Muhtadi, MA selaku dosen Partai Politik yang senantiasa memberi masukan untuk kesempurnaan penelitian mahasiswanya, kemudian penulis berterima kasih kepada narasumber yaitu ustad Riki Aldian selaku kader inti PKS yang senantiasa di ganggu waktunya untuk menjadi narasumber penulis, kemudian penulis berterimakasih kepada teman teman kelompok yang meneliti Partai Keadilan Sejahtera, kita bersama sama mencari narasumber dan melakukan wawancara bersama sama tetapi berbeda tema. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk pembaca dan bermanfaat walaupun memiliki manfaat yang sedikit.
BAB I
Pendahuluan
Berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan partai lainnya baik partai yang berbasis ideologis maupun yang non ideologis. Kelahiran partai keadilan berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka keran kebebasan untuk berkspresi diantaranya mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang hangat dibicarakan kalangan tarbiyah, sebagian mengatakan perlu mendirikan partai politik dan sebagain menyatakan tidak perlu.
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa lepas dari peranan Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Bisa kita amati dimana pada pemilu 1999, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara 48 partai politik peserta pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikut pemilu 2004 kecuali berganti nama dan lambang.[1] Karena kegagalan ini Partai Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Beberapa pengamat menilai bahwa salah satu faktor kekalahan partai Islam pada pemilu 1999 adalah parpol Islam belum menampakan inklusivitasnya.
Setelah melewati fase fase tersebut PKS semakin dikenal masyarakat luas. Partai ini terus mendidik kader kadernya menjadi kader yang solid bagi partainya. PKS sendiri meruapakan sebuah partai yang memiliki kader yang sangat solid. Kader yang solid ini tidak lepas dari pemilihan dan seleksi ketat dalam merekruit calon anggota. Sistem prekruitan yang ketat ini melalui sistem management Tarbiyah dengan menerapkan kurikulum dan materi yang di buat oleh orang orang Tarbiyah PKS. Tarbiyah PKS sendiri menyeleksi, meramu, dan kemudian mengembangkan sendiri dengan bimbingan seorang murrabbi. Tarbiyah PKS juga mengadopsi pemikiran pemikiran tokoh tokoh melalui referensi referensi yang dipakainya.[2] Hasil dari prekruitan PKS ini akan bisa menghasilkan sebuah modul atau kurikulum untuk di pelajari oleh kader.
Aspek utama dalam jaringan Tarbiyah PKS adalah Masjid Kampus. Masjid kampus menjadi fokus kelembagaan jejaring sosial dan keagamaan jemaah Tarbiyah. LMD (Lembaga Mujahid Kampus) dan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) sendiri dijadikan wadah formal para aktivis dakwah melalui rekruitmen besar besaran pada mahasiswa baru. Terakhir jejejaring sumber daya organisasi Tarbiyah memiliki hubungan dengan KAMMI. Pembentukan KAMMI dalam perjuangan menuntut reformasi menjadi tahap transformasi perjuangan jamaah Tarbiyah dalam menggunakan institusi yang lebih formal dan transparan untuk memperjuangkan cita cita sosial dan politiknya.[3]
Pengkaderan Tarbiyah di kampus kampus sangatlah penting karena selain berdakwah di kampus juga mencari bakat bakat yang berintelektual untuk di rekruit kedalam kader partai.[4] Untuk memahami sistem pengkaderan PKS, kita perlu menelah sistem pengkaderan Tarbiyah PKS di kampus kampus. Pelaksanaan pola Tarbiyah di kampus kampus secara umum mengikuti tiga tahapan: ta’rif, takwin, dan tanfids.[5]
Sistem rekuitmen PKS dilalukan dengan dua cara rekuitmen fardi dan jama’i. Rekuitemen fardi sendiri dilakukan oleh anggota Tarbiyah PKS terhadap beberapa orang. Dan rekuitmen jama’i yakni rekuitmen yang dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau sering kita sebut prekuitan langsung ke partai seperti partai partai lainnya. Tapi disisi lain PKS melakukan rekrutmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang non-tarbiyah, baik itu muslim dan non muslim.[6]

1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan tema sentral atau rumusan masalah di atas yang membahas sistem rekruitmen dan kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.       Bagaimna sistem rekruitmen PKS (Partai Keadilan Sejahtera), dan mengapa PKS yang berideologi Islam bertansformasi menjadi partai terbuka kemudian membuka perekruitan orang orang non Muslim menjadi anggota Partai?
2.       Bagaimana sistem kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dalam membina kader kadernya menjadi kader yang solid di partai?
3.       Bagaimana pelaksanaan Pola kaderisasi Tarbiyah PKS (Partai Keadilan Sejahtera) khususnya di kampus kampus dan apa tahap tahap dari kaderisasi Tarbiyah tersebut?




1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
A. Maksud Penelitian
Penelitian ini bermaksud menganilisis secara terperinci cara perekruitan dan sistem kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sehingga bisa melahirkan kader kader yang solid bagi partainya. Untuk sistem rekruitmen, penilitian ini ingin menyajikan cara perekruitan PKS baik itu dari orang Muslim dan non Muslim. Kemudian peneilitian ini bermaksud memfoskuskan analisis ke arah kaderisasi PKS mulai dari kaderisasi Tarbiyah sampai formal.

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan maksud tersebut ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu:
1.       Menegetahui serta memahami cara prekruitan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) mulai dari prekruitan orang Muslim sampai orang non Muslim masuk kedalam partai
2.       Mengetahui serta memahami sistem kaderisasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), khususnya kaderisasi Tarbiyah, underbrow, dan formal partai.
3.       Mengetahui serta memahami pola pelaksanaan kaderisasi Tarbiyah PKS di kampus kampus untuk melahirkan kader kader yang solid bagi partai.
4.       Memperoleh analisis secara nyata dan representatif tentang gambaran dan kekuatan PKS dalam membina kader kadernya dan pandai dalam merekeruit kader partai, sehingga hasil penelitian ini dapat di jadikan referensi referensi untuk penelitian penelitian selanjutnya.

1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna pada pengembangan ilmu dan aspek guna lakasana:
1.       Pengembangan Ilmu:
a.       Memberikan sumbangan terhadap ilmu politik, khususnya kajian perilaku politik dan untuk memperhatikan strategi partai politik untuk mendapat dukungan dari masayarakat.
b.      Sebagai salah satu informasi bagi peneliti peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang politik khususya tentan partai politik.
2.       Aspek Guna Laksana:
a.       Bagi partai partai politik lain, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam upaya peningkatan kualitas rekruitmen anggota partai.
b.      Bagi pengurus partai politik, penelitian ini bisa dijadikan tolak ukur untuk mendidik dan menjadikan kader suatu partai menjadi solid.








1.4 Kerangka Pemikiran
Berkaitan dengan hal di atas, dalam memilih dan menetapkan fenomena yang akan dijadikan variabel dalam penelitian ini berdasarkan pada kinerja partai politik dalam membina kader partai dan pandai merekruit calon yang tepat untuk menjadi pengurus di partai politik. Untuk lebih fokus ke dalam penelitian tentang sistem rekruitmen dan kaderisasi partai (PKS) kita bisa menganilisnya dengan Teori teori yang ada, yakni:
A.      Teori Rekruitmen Politik
Teori Rekruitmen politik merupakan seleksi dan pemilihan atau seleksi pengangkatan seseorang untuk melaksanakan sejumlah peranan sistem politik dan sistem pemerintahan. Dalam rekruitmen politik, partai politik umumnya memiliki cara sendiri sendiri dalam prekrutan calon anggota. Sedangkan menurut Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105) menyatakan bahwa “rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk di pekerjakan dalam suatu organisasi.” Jika kita lihat definisi tersebut mungkin semua partai politik sangat serius dalam merekrut calon anggota kedalam partai. Tapi masing masing partai politik memiliki cara yang berbeda dalam masalah prekrutan calon. PKS (Partai keadilan Sejahtera) sendiri melakukan rekruitmen politik dengan dua cara, yakni rekruitmen fardi dan jama’i. Rekruitmen fardi adalah rekuitmen yang dilakukan oleh anggota Tarbiyah terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi atas inisiatif sendiri atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekuitmen ini dilakukan dengan cara seseorang anggota Tarbiyah mencari calon peserta Tarbiyah, dimana calon tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap, antara lain: ta’aruf dan taqarrub. Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian dilaporkan, dibicarakan, dan dianalisis dalam forum halaqoh berdasarkan standar syarat syarat peserta Tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan untuk mengikuti halakoh Tarbiyah[7]. Jika kita lihat seksama tentang perekrutan fardi ini terdapat beberapa makna positive, salah satunya adalah suatu partai politik (PKS) bisa mendidik peserta didiknya melalu tahap kadersiasi Tarbiyah setelah direkrut. Proses Tarbiyah sendiri berjalan cukup lama dengan di beri bimbingan sekaligus pendidikan kader. Setelah berhasil melewati fase pendidikan Tarbiyah PKS bisa mendapatkan sebuah kader atau anggota yang loyal dan berkontribusi bagus sesuai kriteria PKS sendiri.
Sementara Rekruitmen jama’i yakni rekruitmen yang dilakukan secara kolektif dengan cara formal dan informal.[8] Pola rekruitmen ini bisa dilakukan dengan rekruitmen tehadap anggota masyarakat melalui kegiatan formal kepartaian untuk menjadi anggota dan simpatisan partai, Rekruitmen melalui pendaftaran peserta, sampai kepada rekruitmen melalui organisasi ekstrakulikuler di sekolah atau kampus. Dari perekruitan perekruitan seperti ini akan melahirkan subuah kader yang sudah menjadi kriteria PKS sendiri.
B.      Teori dan Konsep Kaderisai
Secara terminologis, definisi kaderisasi adalah pencetakan, sedangkan definisi kader itu sendiri adalah orang orang yang dipercaya mampu melanjutkan tugas tugas yang ada dalam suatu organisasi dengan kata lain, kaderisasi adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha mendidik manusia yang memiliki kompetensi tinggi yang mapan untuk menjalan suatu amanah.
Jika di kaitkan konsep tersebut dengan kaderisasi yang di lakukan PKS terhadap kader kadernya, PKS mampu mencetak kader kader yang loyal kepada PKS. Pasalnya kader kader PKS sudah di didik oleh partai dengan kurikulum yang di terbikan oleh PKS sendiri. Setelah menjadi kader inti di partai, kader kader tersebut memegang amanah dari partai dan amanah tersebut tidak boleh diingkari. Suatu kader bisa di keluarkan dari partai apabila suatu kader melanggar peraturan, perjanjian, dan amanah yang sudah di berikan partai kepada kader tersebut. Kader kader ini pun akan melanjutkan tujuan dan memegang tongkat estafet untuk memperjuangkan perjuangan PKS di kanca perpolitikan Indonesia.
Teori Doktriner
Teori ini adalah peroses penanaman nilai nilai ideologi kepada para anggota. Ideologi yang di maksud adalah seperangkat nilai nilai positive yang di rumuskan secara kongkret dan sistematis dalam bentuk program program kegiatan yang pelaksanaannya di awasi ketat oleh pengawas. Dalam proses kaderisasi yang di lakukan oleh PKS, PKS sangat mendidik para kader kadernya untuk mengerti ideologi yang ada di dalam PKS sendiri. PKS membuat kurikulum sendiri untuk dijadikan referensi peserta didiknya di Tarbiyah. PKS juga mengawasi ketat kader kadernya agar tidak menyimpang dari ajaran PKS. Doktrin doktrin ini di asumsi oleh kader PKS kemudian di implementasikan di program kerja partai.
Jika kita lihat gerakan politik PKS sangatlah bagus, PKS memiliki cara yang khas dalam perekruitan dan kaderisasi. Pendukung PKS di seluruh Indonesia mencapai 800.00 orang dengan komposisi 70% kader, dan 30% kader inti.[9] Jika kita lihat PKS adalah suatu partai yang tidak pernah memakai money politics. Kemudian angka korupsi PKS pun kecil jika di bandingkan partai partai nasionalis. PKS pun adalah partai yang sering melaporkan audit keuangan anggota dan partai kepada KPK.[10] Ini semua tidak lepas dari doktrin dokrtin dan ajaran yang diberikan PKS kepada kader kadernya agar menjadi kader yang solid, loyal, dapat dipercaya, dan tidak membuat nama partai buruk. Dengan memiliki kader yang solid, masyarakat akan meilihat sendiri kader partai mana yang bagus dan dapat dipercaya. Jika kader PKS mendapat simpati dari masayarakat dan masayarakat pun berkata bagus atas eksitensi kader di lingkungan dan pemerintahan, bukan tidak mungkin PKS akan mendapat dukungan dari masayarakat banyak untuk pemilu.


Pembahasan
BAB II

Sistem Rekruitmen PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
Sistem rekuitmen PKS dilalukan dengan dua cara rekuitmen fardi dan jama’i. Rekuitemen fardi sendiri dilakukan oleh anggota Tarbiyah PKS terhadap beberapa orang. Dan rekuitmen jama’i yakni rekuitmen yang dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau sering kita sebut perekuitan langsung ke partai seperti partai partai lainnya.[11] Dari kedua cara rekuitmen ini, bisa di simpulkan bahwa PKS adalah partai terbuka. Terbukti PKS tidak merekruit anggota tidak hanya dari sistem fardi tapi lewat sistem jama’i.
A.      Rekuitemen Fardi
Rekuitmen fardi adalah rekuitmen yang dilakukan oleh anggota Tarbiyah terhadap suatu atau dua orang dengan pendekatan pribadi atas inisiatif sendiri atau atas rekomendasi seorang murrabbi. Rekuitemen ini dilakukan dengan cara seseorang anggota Tarbiyah mencari calon peserta Tarbiyah, dimana calon tersebut kemudian dikondisikan melalui tahap tahap, antara lain: ta’aruf (pengenalan dan pendekatan), ikhtiar (upaya mempengaruhi si calon), dan taqarrub (mendekatkan atau menghubungkan si calon dengan komunitas Tarbiyah). Hasil dari upaya pemantauan ini kemudian dilaporkan, dibicarakan, dan dianalisis dalam forum halaqoh berdasarkan standar syarat syarat peserta Tarbiyah. Jika memenuhi syarat maka ia akan diarahkan untuk mengikuti halakoh Tarbiyah.[12]
B.      Rekruitmen Jama’i
Rekruitmen jama’i yakni rekruitmen yang dilakukan secara kolektif dengan cara formal dan informal. Rekruitmen jenis ini memiliki beberapa pola:
1.       Rekruitmen kepartaian, yakni rekruitmen tehadap anggota masyarakat melalui kegiatan formal kepartaian untuk menjadi anggota dan simpatisan partai. Kegiatan ini dilakukan melalui, pertama, Training Orientasi 1 (TOP 1). Dari TOP 1 akan dihasilkan beberapa tingkatan calon kader, antara lain: yang memiliki kualifikasi tertinggi akan menjadi anggota pemula terbina. Kelompok inilah yang akan dibina dengan intensif di “kawah candradimuka” yang disebut halaqoh tarbiyah, seperti yang di tempuh di LDK. Kualifikasi kedua akan menjadi calon anggota pemula terdaftar yang hanya boleh mengikuti Ta’lim Rutin Partai (TRP). Sedangkan kualifikasi terendah akan menjadi calon anggota partai yang hanya menerima KTA, yang berfungsi menambah dukungan dan suara bagi partai. Kedua, Training Orientasi Partai II (TOP II). TOP II berfungsi meningkatkan peserta TRP dan yang menerima KTA untuk bisa menjadi Anggota Pemula Terbina atau halaqoh Tarbiyah level pemula.
2.       Rekruitmen melalui pendaftaran peserta. Pendaftaran peserta ini bisa dilakukan di sekretariat tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang, hingga DPRa, di rumah rumah kader PKS atau melalui wwebsite. Para peserta yang mendaftar juga akan di training melalui TOP 1, TOP 2, dan diupayakan bisa mengikuti Tarbiyah anggota level pemula.
3.       Rekruitmen melalui Lembaga Dakwah Sekolah dan Lembaga Dakwah Kampus. Hasil dari rekruitmen ini juga diarahkan untuk mengikuti Tarbiyah anggota pemula.
4.       Rekruitmen juga bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan yang lain, seperti majelis ta’lim, studi intensif, kegiatan Ramdhan, pelatihan, baksos, santunan, dan kegiatan keegiatan yang lain. semua jenis rekruitmen ini berorientasi menjadi pintu masuk bagi calon kader untuk menjadi peserta Tarbiyah level pemula.[13]
Dalam merekrut calon PKS tidak mau main main, PKS bisa merekruit sekaligus menyeleksi mana yang pantas memegang dakwah PKS di parlemen dan lingkungan. Islam telah menjadikan sebagai tugas muslim untuk membentuk masyarakat yang sehat, yang bersih dari korupsi dan perbuatan tercela dan untuk berkelakuan baik dan menghidarkan kezaliman.[14]
Tapi disisi lain PKS melakukan rekruitmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang non-tarbiyah. Bahkan pada pemilu 2004, partai PKS menjaring lebih dari 30 calon legislatif non muslim.[15] Disamping itu, PKS juga merekrut orang-orang non muslim sebagai anggotanya. Hal ini terlihat dari di sahkanya DPD Partai Keadilan Piniai pada tanggal 5 Juni 2002, yang mayoritas pengurusnya beragam kristen.[16] Para pimpinan PKS juga memberikan kesempatan kepada tokoh agama hindu untuk menjadi anggota legislatif. PKS yang bertransformasi menjadi partai terbuka memang mengagetkan semua pihak, pasalnya PKS sangat menjunjung tinggi nilai nilai Islam. Tapi menurut pandangan PKS sendiri tidak menjadi masalah menjaring anggota non Muslim, karena inilah dakwah di negeri plurarisme yang sebenarnya. PKS sendiri menjaring non Muslim masuk kedalam partai bukan melalui kaderisasi Tarbiyahnya melainkan melalui anggota kehormatan.[17] Penjaringan non Muslim kedalam partai merupakan strategi PKS untuk menaikan pamor PKS yang terbuka terhadap plurarisme, sehingga PKS bisa mendapat masa banyak dalam pemilu. PKS memang partai kader tapi PKS sendiri menginginkan masa yang banyak. Karena dengan memiliki kader yang solid dan ditambah pula masa yang banyak, PKS akan mudah memenangkan pemilu di Indonesia.

BAB III

Pengkaderan PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
Sebagai Partai Kader PKS memiliki sistem kaderisasi kepartaian yang sistematis dan metodik. Kaderisasi ini memiliki fungsi rekruitmen calon anggota dan fungsi pembinaan untuk seluruh anggota, kader dan fungsionalis partai.[18] Kaderisasi PKS sendiri memiliki sebuah fungsi yang sangat banyak untuk partai. Fungsi fungsi ini dijalankan secara terbuka melalui infra struktur kelembagaan partai yang tersebar dari tingkat pusat hingga tingkat ranting, fungsionalis berjalan sepanjang waktu selaras dengan tujuan dan sasaran umum partai, khususnya dalam bidang penyiapan sumber daya manusia.[19]
Langkah awal bagi pembinaan pribadi lalu lanjut pembinaan keluarga, masyarakat dan lingkungan diawali dari pembinaan kader PKS itu sendiri. PKS memandang bahwa proses dakwah parlemen hanya bisa dilakukan dengan pribadi pribadi yang shaleh. Jika jiwa pribadi bersih otomatis dakwah akan berjalan dengan lancar.[20] Membentuk jiwa yang bersih menjadi sebuah kunci untuk membentuk keluarga yang shaleh. Setelah itu keluarga keluarga itulah yang akan membentuk masyarakat yang islami.[21] Individu merupakan alat masayarakat dan negara yang terpenting dalam melaksanakan tugas sosial politik demi membangun cara untuk berhasil di dakwah parlemen.
Secara umum, pengkaderan di kalangan PKS terdiri dari tiga jenis, yakni Tarbiyah, pengkaderan underbrow PKS, dan yang terakhir adalah pengkaderan formal kepartaian PKS sendiri.[22] Tiga jenis pengkaderan ini merupakan kesatuan yang saling menopang dan bahkan sering sekali bertemu dalam satu bentuk dan satu iven yang sama sehingga tiga lapis pengkaderan ini acap kali terlihat tumpang tindih.
Pengkaderan Tarbiyah merupakan pembinaan suatu kelompok kecil (Halaqoh) berkisar 5-10 orang di bawah bimbingan murabbi. Kegiatan seperti ini pada awalnya dilakuakan di kampus kampus, tapi seiring berkembangnya dakwah ke masayarakat, akhirnya pembinaan Tarbiyah ini dilakukan dikalangan masayarakat umum.
Organisasi underbrow PKS mengembangkan pola pengakaderan sendiri sendiri. Organisasi organisasi underbrow PKS seperti Garda Keadilan, Serikat Pekerja Keadilan (SPK), Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (KAPMI) adalah organisasi yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan. Selain kelompok kelompok yang secara formal bukan underbrow PKS namu berafiliasi secara ideologis ke partai ini, seperti ROHIS dan LDK juga mengembangkan pola pengkaderan yang khas. Contoh seperti ROHIS dikenal sebagai pengkaderan yang dinamai Latihan Dasar Kepemimpinan, sementara di LDK ada pembinaan bernama Kajian Rutin.[23] Organisasi atau kelompok ini sangat solid, dan memiliki daya juang yang tinggi untuk berdakawah di lingkungan. Mereka pun sering melakukan gerakan gerakan bantuan jika ada musibah yang menimpa daerah daerah di Indonesia.
Sedangkan pengkaderan formal partai dilakukan secara resmi oleh kepengurusan dari Dewan Kepengurusan Ranting (DPRa) hingga Dewan Pengurus Pusat (DPP).[24] Ada tujuh jenjang dalam pengkaderan formal ini yakni, TOP 1 (Training Orientasi Partai Satu), TOP 2; TDI (Traning Dasar Satu). TD 2 ; TL 1 (Training Lanjutan Satu), TL 2, dan training management dab kepemimpinan sosial (TMKS). Pengkaderan formal ini merupakan sarana pemibinaan kader sekaligus penjenjangan bagi mereka yang akan berimplikasi pada distribusi peran dan posisi struktural di PKS.[25]
Ditengah ketiga jenis pengkaderan PKS ini, sistem pengkaderan PKS yang paling terkenal adalah pengkaderan Tarbiyah yang sekarang lebih dikenal dengan kegiatan Liqo (Pertemuan) dan mentoring yang menjadi posisi kunci bagi pengkaderan PKS. Masing masing sitem pengkaderan PKS tetap menjadikan pengkaderan PKS menjadi penngkaderan utama.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab bab terdahulu, sistem pendidikan Tarbiyah di kampus kampus yang dilakukan oleh PKS ini dilestarikan, diatur, diformalkan, dan distandarkan. Untuk itu DPP PKS telah memproduksi modul panduan yang menjadi acuan resmi pengkaderan di partai ini. Pada tahun 2003, PKS menerbitkan sebuah modul berjudul “Management Tarbiyah Anggota Pemula”. Kemudian pada tahun 2005 terbit modul yang lebih lengkap yang tidak saja diperuntuhkan bagi anggota madya, dan anggota dewasa. Modul tersebut berjudul Manhaj Tarbiyah PK Sejahtera.[26] Modul yang dipakai PKS ini mencoba memperkenalkan ideologi dan pemikiran anggota PKS dalam proses dakwahnya. Tapi jika kita lihat makna dari isi modul tersebut mengandung makna positive. Pasalnya modul yang diterapkan PKS berbeda dengan modul modul partai lain. Isi dari modul tersebut memang memperkenalkan cara berfikir PKS, tapi disisi lain modul tersebut mengajarkan kepada peserta didik untuk mengerti bagaimana cara berdakwah politik di parlemen, sistem organisasi partai Islam (PKS) dan tentunya memperluas wawasan keislaman.
Dari ketiga cara pengkaderan yang dilakukan PKS mulai dari pengkaderan Tarbiyah, pengkaderan  underbrow, dan pengkaderan formal partai. Mungkin penelitian ini akan lebih fokus melihat serta menganalisis tentang pengkaderan Tarbiyah PKS yang menjadi pengkaderan utama dalam PKS. Dari pengkaderan Tarbiyah tersebut akan menghasilkan kader kader yang bagus untuk masuk kedalam poisis strategis di partai.




BAB IV

Pengkaderan Bebasis Tarbiyah
Sistem pengkaderan Tarbiyah PKS adalah sistem pengkaderan utama di partai. Sistem ini nampaknya merupakan adopsi pengkaderan Tarbiyah Ikhwatul Muslimin. Hal ini meliputi landasan filosofis, ideologis, dan mab’da (prinsip) keagamaan, tujuan dan target pendidikan, manhaj (metode) dan tahap pentahapan, saran sarana pendidikan yang dipakai. Tarbiyah PKS hanya melakukan adaptasi terbatas terkait dengan materi pendidikan serta menghilangkan sarana pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia.[27]
Landasan mab’da Tarbiyah PKS bersumber dari prinsip prinsip Ikhwatul Muslimin. Prinsip prinsip Islam ini tidak mengalami penambahan dan pengurangan sedikitpun. Islam yang lurus ini tercermin dalam dua puluh prinsip Islam yang dirumuskan oleh Imam Hasan Al Bana. Konsep Islam Khaffah yang menjadi ideologi utama serta corak pemahaman Islam Tarbiyah PKS bersumber dari prinsip prinsip tersebut. Target dan tujuan pendidikan di Tarbiyah PKS mengdopsi penuh dari rumusan IM. Dalam modul management Tarbiyah diharapkan menghasilkan kriteria yang diharapkan oleh PKS.[28]
Mengenai manhaj dan pemantapan, PKS mengdopsi pendekatan tadarruj (gradual) yang diterjemahkan dalam pentahapan yang dirumuskan Ikhwatul Muslimin, yakni:
a.       Ta’rif (pengkokohan)
b.      Tanfidz (pelaksanaan)
c.       Tamkin (pengokohan)
Sementara mengenai sarana pendidikan Tarbiyah PKS melakukan adaptasi dengan memakai sarana usroh atau sering kita sebut halaqoh, dauroh (ceramah), tausiah (ceramah singkat), seminar, bedah buku, mukhayam (kemah), mabit (bermalam), rihlah (berwisata), baca buku, taklim rutin PKS, bakti sosial, tarhib (ibadah khusus) Ramadhan, kajian fiqih dan belajar taksin.[29]
Kegiatan kegitaan yang dilakukan PKS tersebut bisa disimpulkan bahwa kegiatan kegiatan seperti ini jarang dilakukan oleh partai partai lain. Dengan melakukan kegiatan kumpul bersama seperti itu otomatis akan menguatkan tali silahturahmi sesama kader PKS. Dari penguatan silahturahmi ini akan menghasilkan kader kader yang solid, serta dengan kegiatan yang menarik seperti ini PKS akan mudah mendapatkan simpatisan untuk masuk kedalam kader.

Pengkaderan Tarbiyah Kampus
Aspek utama dalam jaringan Tarbiyah PKS adalah Masjid Kampus. Masjid kampus menjadi fokus kelembagaan jejaring sosial dan keagamaan jemaah Tarbiyah. Tumbuhnya minat dalam mempelajari agama dan meperaktikannya bisa Di fasilitasi melalui masjid kampus. LMD (Lembaga Mujahid Kampus) sejak tahun 1974 menyelenggarakan praktik praktik reguler. LMD juga mempengaruhi perkembangan jejaring Tarbiyah.[30]
Setelah LMD kegairahan dalam berislam di kalangan mahasiswa semakin berkembang pesat setelah LDK (Lembaga Dakwah Kampus)  secara formal bermunculan dikampus kampus. LDK mendapat dana dari universitas. LDK sendiri dijadikan wadah formal para aktivis dakwah melalui rekruitmen besar besaran pada mahasiswa baru. Terakhir jejejaring sumber daya organisasi Tarbiyah memiliki hubungan dengan KAMMI. Pembentukan KAMMI dalam perjuangan menuntut reformasi menjadi tahap transformasi perjuangan jamaah Tarbiyah dalam menggunakan institusi yang lebih formal dan transparan untuk memperjuangkan cita cita sosial dan politiknya.[31]
Pengkaderan Tarbiyah di kampus kampus sangatlah penting karena selain berdakwah di kampus juga mencari bakat bakat yang berintelektual untuk di rekruit kedalam kader partai.[32] Untuk memahami sistem pengkaderan PKS, kita perlu menelah sistem pengkaderan Tarbiyah PKS di kampus kampus. Pelaksanaan pola Tarbiyah di kampus kampus secara umum mengikuti tiga tahapan: ta’rif, takwin, dan tanfids.[33]
Ta’rif adalah fase pengenalan Islam kepada objek dakwah melalui berbagai sarana, baik melalui pendekatan personal maupun pendekatan masal.[34] Dalam dakwah kampus, tahap ini diimplementasikan dalam bentuk pendekatan personal (dakwah fardiyah) di mana seorang aktivis dakwah kampus secara khusus dan intensif melakukan pendekatan dan interaksi personal dengan calon objek dakwah. [35]
Selain itu bentuk kedua dari ta’rif adalah daurah (training) dalam rangka rekruitmen yang diikuti sejumlah mahasiswa, biasanya dilakukan pada hari hari libur.[36] Dalam acara yang berlangsung selama 1 hingga 2 hari, peserta training diperkenalkan dasar akidah Islamiyah. Kemudian betuk ke 3 adalah marhalah ta’rif yaitu penerbitan berbagai media informasi yang dikelola di kalangan tarbiyah, seperti mading, Rohis, buletin Rohis hingga penyebaran majalah Islam. Bentuk ke empat dari ta’rif adalah program mentoring mahasiswa terhadap peserta baru oleh ADK (Aktivis Dakwah kampus).[37]
Jika dilihat dari fakta lapangan, biasanya peserta yang telah mengikuti tahap ta’rif ini menerima makna positive dan cendrung berubah menjadi lebih islami. Perubahan perubahan tersebut antara lain seperti, penggunaan jilbab, memanjangkan jenggot, dan pembiasaan mengunakan idiom bahasa Arab. Para peserta didik ini memiliki solidaritas yang tinggi jika ada salah satu peserta yang terkena musibah langsung di bantu satu sama lain.[38]
Sementara itu, tahap takwin (pengkaderan) dimulai ketika objek dakwah yang terekrut dalam ta’rif dinilai serius dan berpotensi menjadi Aktivis Dakwah Kampus. Pembinaan pada tahap ini dilakukan dalam halaqoh Tarbiyah, yaitu kelompok kecil yang berisikan 5 sampai 10 orang yang dibimbing oleh murabbi (pembimbing). Proses pembinaan berjalan intensif dalam pertemuan (liqa) yang dilaksanakan sepekan sekali.[39] Dalam liqa tersebut peserta  Tarbiyah diberikan kurikulum yang diterbitkan oleh PKS. Kurikulum ini bakukan PKS untuk dijadikan modul management Tarbiyah.[40]
Didalam modul Tarbiyah tersebut menyajikan satu di antara sekian materi materi halaqoh. Harapan dari modul tersebut untuk mempermudah para murabbi dan para aktivis Tarbiyah dalam melakukan aktivitasnya. Modul tersebut juga berharap mampu menjembatani kelangkaan bahan kajian aktivis Tarbiyah.[41]
Setelah melewati fase tahapan ta’rif dan ta’win masuk ketahapan ke tiga yaitu tanfidz. Tahap tanfidz adalah tahapan realisasi kerja kerja dakwah. Para aktivis yang sudah mengikuti tahap takwin atau yang dinilai sudah siap, diarahkan menjadi pekerja pekerja dakwah kampus yang sering disebut Aktivis Dakwah Kampus. Merekalah yang mulai mendapatkanamanah untuk memimpin kepengurusan di berbagai lembag di lingkungan kampus, mengorganisir berbagai lembaga di lingkungan kampus,mengorganisir berbagai kegiatan reguler dan insidental serta difungsikan sebagai murabbi di kampus. Pada tahap ini, pengendalian kerja dakwah bukan lagi dilakukan oleh halaqoh, tetapi di struktur dakwah yang ada di setiap kampus atau fakultas.[42]
Pembinaan kader Tarbiyah dikampus dilakukan selama masa kalender akademik. Para Aktivis yang sudah di anggap mampu untuk merekrut anggota anggota baru, dan yang merekruit itu menjadi murabbi untuk peserta barunya. Rekruitmen Tarbiyah dikampus ini dilakukan setiap semester baru atau ketika penerimaan mahasiswa baru .[43] Rekruitmen yang dilakukan seperti mengandung makna positive sekali bagi halaqoh Tarbiyah. Selain bisa menyebarkan dakwah kampus ke pemuda pemuda, pola Tarbiyah kampus ini bisa menyebar keseluruh universitas di Indonesia.
Proses pengkaderan Tarbiyah bisa dikatakan sukses. Setelah seukses dikembangkan menjadi sistem pengkaderan di pengkaderan resmi Partai Keadilan Sejahtera. Manhaj dakwah PKS tidak berbeda denaagn yang berlaku di Tarbiyah , manhaj ini kemudian di letakan sebagai tahap awal pengkaderan, yakni anggota pemula.[44] Pada perkembangannya, PKS kemudian mengembangkan manhaj Tarbiyah lanjutan yang diperuntukan bagi anggota muda, madya, dan dewasa yang diselaraskan dengan jenjang pengkaderan dan pembinaan kader partai, pelatihan kepartaian, training dasar, training lanjutan, dan kegitan lainnya.[45]
Sistem pengkaderan Tarbiyah PKS yang lebih holistik menjadikan seorang da’i yang produktif dan mampu menanggung beban dakwah. Sedangkan misi yang di patok PKS dalam manhaj Tarbiyah:
a.       Menyiapkan seprang Dai yang memiliki pengetahuan keIslaman.
b.      Menyiapkan seorang Dai dalam mengembangkan bakat bakat pribadi demi kamandirian.
c.       Menyiapkan Dai yang memiliki berbagai keterampilan belajar maupun keterampilan hidup.
d.      Menyiapkan seroang Dai yang memiliki Ilmu pengetahuan kontemporer  sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan metode dan kehidupan di masayarakat.
e.      Menyiapkan seorang Dai untuk berdakwah secaar profesional dengan mengenal lingkungan sosial masayarakat terutama lingkungan sosialnya.
f.        Menyiapkan seorang Dai yang berkemampuan membangun masayarakat madani.[46]
Program kerja PKS dengan menerapkan management Tarbiyahnya bisa dikatakan berhasil. Pasalnya peserta didik Tarbiyah di didik dari kecil sampai ketingkat dewasa, dan dari orang yang biasa biasa saja menjadi orang yang luar biasa untuk berdakwah, baik itu berdakwah di parlemen maupun berdakwah di masayarakat. Kunci dari keberhasilan PKS mendapatkan atau melahirkan kader kader yang solid berasal dari jejering Tarbiyah ini. Selain itu lulusan dari pengkaderan Tarbiyah ini bisa dipromosikan atau menduduki kursi penting di partai dengan melewati tahapan tahapan terlebih dahulu.
Misi Tarbiyah PKS ini nampaknya berhasil, pasalnya banyak Dai Dai yang memiliki kemampuan yang hebat di lingkungan bangkan dalam ruang lingkup nasional. Setelah menerima pembelajaran awal dari Tarbiyah seseorang secara mengejutkan menjadi Dai yang disipakan untuk berdakwah di lingkungan. Ini menandakan pola pengkaderan Tarbiyah yang dilakuakan PKS terhadap peserta Tarbiyah sangat berguna untuk masayarakat dan PKS sendiri.
Disini mungkin bisa kita lihat secara jelas bahwa kaderisasi PKS sangat unik dan beda dengan partai partai lain. PKS mampu melahirkan pendukung dan kader yang solid karena sudah di didik dengan managemen Tarbiyahnya. Bisa kita analisis bahwa walaupun PKS dalam kondisi apapun mereka tetap memiliki pendukung yang setia dan terus menurus mendukung dakwah PKS.





BAB V

Pengakaderan Formal PKS
Kaderisasi formal PKS dilakuakn dengan tujuh jenjang. Tujung jenjang tersebut antara lain:
a.       Training Orientasi Partai 1 (TOP 1). TOP 1 ini yakni rekruitmen Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang dilakukan satu sampai akhir pekan. Pada training ini peserta Tarbiyah diperkenalkan pemahaman dasar tentang eksitensi dan struktur pengenalan PKS.
b.      Training Orientasi Partai 2 (TOP 2). TOP 2 dilakuakan dengan halaqoh yang dipimpin oleh  murabbi dan setelah lulus menyandang Anggota Pemula Terbina.
c.       Training Dasar 1 (TD 1). TD 1 diikuti oleh peserta yang sudah lulus dalam jenjang pertama. Tahap ini di peruntuhkan kepada angggota muda (Muayid). Dalam tahap ini kurikulum akan fokus pada pendalaman nilai nilai keagamaan.
d.      Training Dasar 2 (TD 2). TD 2 ini adalah lanjutan dari Tarbiyah anggota muda. Pada level ini, manhaj Tarbiyah yang digunakan adalah manhaj Tarbiyah anggota madya. Lulusan level ini menyandang prdeikat Anggota Madya.
e.      Training Lanjutan 1 (TL 1).  TL 1 adalah jenjang akhir manhaj Tarbiyah PKS, yakni manhaj Tarbiyah anggota dewasa. Materi yang diperuntuhkan adalah dasar dasar keIslaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran Islam, wawasan masayarakat.
f.        Training Lanjutan 2 (TL 2). TL 2 ini tetap harus mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan oleh PKS. Setelah lulus dari TL 2 ini kemungkinan para peserta didik dinominasikan untuk jabatan jabatan didalam partai.
g.       Training Management dan Kepemimpinan. Di training ini peseta benar benar di didik dan persiapkan untuk anggota inti di PKS. Lulusan dari Training ini adalah mencapai predikat Anggota Purna yang merupakan anggota tertinggi di dalam perjenjangan PKS.[47]
Selain tahap tahap pengkaderan (Training) di atas ada beberapa anggota yang tidak melewati fase tahapan seperti ini. Anggota yang tidak melewari Training training tersebut di anggap anggota kehormatan. Anggota yang diangkat berdasarkan kriteria kriteria tertentu, misalkan ketokohannya yang sudah dikenal masyarakat, atau karena keahliannya dalam bidang tertentu. Tapi anggita kehormatan ini tetap harus mengikuti orientasi partai yang disebut Orientasi Partai dan Tokoh (OPT).[48]






BAB IV
Kesimpulan
PKS (Partai Keadilan Sejahtera) merupakan partai yang berideologi Islam di Indonesia. Walaupun partai ini berideologi Islam, tapi partai ini mampu bertransformasi menjadi partai terbuka. Dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa orang non Muslim bisa masuk menjadi anggota partai.
Sistem rekruitmen yang bagus dan di dukung dengan sistem kaderisasi yang solid mampu melahirkan kader kader yang sangat berperan penting di PKS. Para peserta awal yang telah di rekruit oleh PKS kemudian di didik dengan kurikulum yang telah di buat oleh PKS. Di dalam pola kaderisasi PKS mengajarkan kepada pendidik untuk mengenal PKS secara dalam serta memahami Islam dan politik dan memperdalam ilmu agama.
PKS sendiri selain merekruit masyarakat, PKS juga merekruit mahasiswa/ pelajar untuk masuk kedalam kader. Di kampus contohnya PKS memiliki kaderisasi Tarbiyah yang menjadi wadah pendidikan Tarbiyah di kampus kampus. Para pelajar yang masuk kedalam LDK akan di perkenalkan lebih jauh tentang PKS sendiri.
Setelah menjadi anggota partai inti, anggota partai sudah siap utuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan PKS di kanca perpolitiakan Indonenesia. PKS telah berhasil melahirkan kader kader yang berkualitas serta loyal untuk membangun partainya. Ini semua tidak lepas karena program pola kaderisasi Tarbiyah yang sangat bagus untuk partai.


Daftar Pustaka

http. www. Keadilan. or. id
M. Rahmat, Imadudun, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008.
Muhammaad, Furqon Aay, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Kontemporer, Jakarta: Teraju, 2004
Muhtadi, Burhanuddin, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta: KPG “Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012.
Setiawan, Bambang dan Bestian Nainggolan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi Dan Progaram 2004-2009, Jakarta: Kompas, 2004.
Takariawan, Cahyadi, Bukan Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, Jakarta: Syaamil,2003
Vaezi, Ahmad, Agama dan Politik: Nalar Politik Islam, Jakarta: Citra, 2006.
Wawancara dengan Riki Aldian (Kader PKS) pada tanggal 17 oktober 2012-11-07.
Yasmin, Ummu, Agenda Materi Tarbiyah, Panduan Kurikulum Da’i dan Murabbi, Solo: Media Insani Press, 2009.



Referensi



[1] Bambang Setiawan dan Bestian Nainggolan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi Dan Progaram 2004-2009 (Jakarta: Kompas, 2004), h. 230.
[2] M. Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008), h. 237.
[3] Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, (Jakarta: KPG “Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012), h. 121.
[4] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[5] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 244.
[6] Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
[7] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 278.
[8] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[9] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen
[10] http. www. KPK. or. id. Laporan-audit-kekayaan-anggota-partai-politik
[11] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[12] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 278.
[13] Ibid, h. 279.
[14] Ahmad Vaezi, Agama dan Politik: Nalar Politik Islam, (Jakarta: Citra, 2006), h. 46.
[15] Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
[16] Cahyadi Takariawan, Bukan Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, (Jakarta: Syaamil,2003), h 124-126
[17] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[18] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[19] Aay Muhammaad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Kontemporer, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 209.
[20] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.

[21] Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimi, h. 210.
[22] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[23] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 239.
[24] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[25] Ibid, h. 239.
[26] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 240.
[27] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[28] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 242.
[29] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[30] Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, (Jakarta: KPG “Kepesputakaan Populer Gramedia”, 2012), h. 121.
[31] Ibid, h. 122-123.
[32] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[33] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 244.
[34] http. www. Keadilan. or. id
[35] Ibid
[36] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader PKS) pada tanggal 17 Oktober 2012.
[37] Ibid
[38] Ibid
[39] Ibid
[40] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[41] Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, Panduan Kurikulum Da’i dan Murabbi, (Solo: Media Insani Press, 2009), h. 4.
[42] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 272.
[43] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[44] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[45] Imadudun Rahmat, Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 273.
[46] Ibid
[47] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.
[48] Wawancara dengan Riki Aldian (Kader inti PKS) Pada tanggal 17 Oktober 2012.

4 komentar:

  1. InsyaAllah penelitian ini bermanfaat bagi partai yang terkait dan pembaca.

    BalasHapus
  2. bukankah tidak sebaiknya dipublish di ranah umum? ada persetujuan ga dengan institusi yang dijadikan studi kasus bahwa skripsi anda akan dipublish begini?

    BalasHapus
  3. /* saya bukan anggota, simpatisan, maupun kader partai */

    Secara alur pemaparan, ada bagian yang menurut saya kurang, yaitu batasan masalah. Hilangnya batasan masalah ini berpotensi menimbulkan fitnah terhadap kegiatan mentoring yang lazim diselenggarakan di banyak perguruan tinggi. Boleh jadi muncul persepsi, mau dimanapun kampusnya, yang dijelaskan di karya ilmiah ini pasti terjadi, padahal tidak bisa digeneralisasi seperti ini.
    Sebagai contoh di kampus saya, kegiatan mentoring yang diselenggarakan dilarang membawa atribut partai maupun disusupi agenda rekruitasi partai apapun.

    Kemudian, pemilihan responden pun tidak dijelaskan bagaimana latar belakang lainnya selain status kader dan kader inti. Apakah responden berasal dari perguruan tinggi yang berbeda sehingga dapat diklaim mewakili seluruh perguruan tinggi di Indonesia?

    Tidak bermaksud menjatuhkan, sekedar menyampaikan saran agar penelitian sebagus ini tidak memancing kesalahpahaman.

    Terima kasih ^_^

    BalasHapus
  4. Karya Yang bagus..:)

    BalasHapus